REFLEKSI




PEMBINAAN DALAM KARMEL:
MEMBANGUN PERSAUDARAAN KONTEMPLATIF
DI TENGAH MASYARAKAT



            Panggilan sebagai religius Karmelit diterima dan dipelihara dalam kesetiaan yang makin berkembang. Berkat pembaptisan dan krisma, setiap Karmelit  dipanggil kepada kedewasaan hidup di dalam Yesus Kristus. Kesetiaan untuk menghayati komitmen mengikuti Yesus Kristus dan menghayati relasi dengan-Nya secara mendalam menuntut kesediaan untuk membina diri terus-menerus.
           
Pembinaan sebagai suatu proses dinamis yang terus berlanjut seumur hidup, memampukan para Karmelit untuk makin berkembang matang di seluruh dimensi kehidupan; baik kematangan manusiawi, hidup kristiani, religius Karmelit maupun kerasulan. Pembinaan merupakan satu cara untuk memperoleh kemampuan mengadakan Pembedaan Roh, untuk beradaptasi dan kesiapsediaan, yang menjadikan Karmelit mampu membaharui diri terus-menerus dan berjuang dalam kesetiaan mengikuti Kristus secara radikal. Dengan kata lain, pembinaan merupakan proses perjalanan tranformasi yang menjadikan kita makin serupa dengan Kristus.
   
Sebagai anak zaman yang hidup di milenium ini, Karmelit dipanggil untuk menerima, mengembangkan dan menghayati warisan kekayaan rohani bersama ini, agar Karisma dan Spiritualitas Karmel tetap menarik bagi dunia dewasa ini.
Sebagai Karmelit mistikus yang mempunyai tugas kenabian mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah, perlulah kita meninjau kembali penghayatan karisma dan prioritas nilai-nilai yang menjadi acuan bagi sikap dan tindakan kita. Selain itu, menanggapi aneka tantangan pastoral dampak dari modernitas dan konsekuensi dari aneka sikap dan tindakan yang menggejala dalam masyarakat, maka kita dapat mengintensifkan kembali penanaman dan pembinaan nilai-nilai Karisma Karmel dalam hidup keseharian agar kehadiran Karmelit sungguh punya makna.

Karmelit bercita-cita untuk mengikuti Yesus Kristus secara radikal dengan teladan dan semangat Elia dan Maria melalui nasihat-nasihat Injili dalam pengosongan diri total, yang dalam tradisi kita disimbolkan dengan “padang gurun”.  Dalam komitmen tanpa syarat kepada Allah ini kita mohon bimbingan  Roh Kudus agar mampu menghayati sikap KONTEMPLATIF yang menjadi inti Karisma Karmel. Kontemplasi sebagai “hati” Karisma merupakan pusat penggerak seluruh kehidupan DOA, PERSAUDARAAN dan PELAYANAN kita di tengah masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar